Selasa, 17 Mei 2016

MENGANALISIS DRAMA "AYAHKU PULANG"

       I.            SINOPSIS
Ayahku Pulang

Pada malam hari raya Raden Saleh pergi meninggalkan istri dan ketiga anaknya. Ia menceraikan istrinya yang dalam keadaan ekonomi yang susah. Kemudian, istrinya harus membesarkan ketiga anaknya tanpa seorang suami. 20 tahun kemudian, pada malam takbir Raden Saleh pulang kembali ke rumah menemui keluarganya dengan keadaan tua renta serta miskin. Raden Saleh kembali ke rumah dengan membawa segala penyesalannya. Istrinya Tina dan kedua anaknya yaitu Maemun dan Mintarsih menyambut dengan gembira sedangkan anak pertamanya Gunarto menyambutnya dengan tatapan benci. Gunarto enggan mengakui bahwa Raden Saleh adalah Ayahnya. Tetapi dengan sabar sang Ibu selalu mengingatkan bahwa Raden Saleh adalah Ayah kandungnnya.
Terjadi konflik antara Gunarto dengan Maemun. Saat itu, Gunarto masih menyimpan rasa bencinya pada Raden Saleh sedangkan adiknya Maemun sudah memaafkan dan masih mau menerima Ayahnya untuk kembali. Melihat ini sang Ibu merasa sedih karena bagaimanapun Raden Saleh adalah seorang Ayah kandung mereka. Akhirnya sang Ayah memilih untuk pergi dari rumah itu dan tidak ingin mengganggu keluarganya yang pernah dulu ia tinggalkan. Maemun berusaha mengejar sang Ayah namun yang ia temukan bukan sang Ayah melainkan hanya kopiah dan baju saja.


    II.            UNSUR INTRINSIK
1)            Tema: Rumah Tangga
2)            Tokoh dan Penokohan:
a.       Raden Saleh (Ayah) :
·         Ayah yang material.
Bukti : “…dulu aku dihormati karena mempunyai uang yang melimpah…”
·         Tidak bertanggung jawab.
Bukti : Gunarto: “Waktu aku berumur 18 tahun tak lain yang terbayang dan terlihat di bola mataku hanya gambaran Ayah yang telah sesat itu yang melarikan diri dengan seorang perempuan asing yang lalu meyeretnya ke lembah kesengsaraan. Lupa kepada anak dan istrinya juga lupa kepada kewajibannya karna nafsunya yang telah membuatnya ke pintu neraka.”
·         Sadar diri.
Bukti : “Aku memang berdosa. Aku mengaku dan itulah sebabnya aku kembali ke sini untuk memperbaiki kesalahan dan dosaku.”
b.      Tina (Ibu) :
·         Pemaaf dan masih mau menerima Raden Saleh.
Bukti:1. “Mari duduk dan temuilah mereka.”
2. Maemun: “…tapi bang Ibu sudah memaafkannya.”
·         Mencintai keluarga dengan merawat ketiga anaknya.
Bukti : “Anak-anak sudah pandai sudah mempunyai penghasilan masing-masing.”
c.       Gunarto :
·         Pendendam.
Bukti : “Jika memang mempunyai seorang Ayah. Maka Ayah itulah musuhku yang sebesar-besarnya!”
·         Keras kepala.
Bukti :1. “Jika kami punya Ayah untuk apa kami membanting tulang selama ini?”
2. “Semua ini adalah karena ulah Ayah! Hingga Mintarsih harus menderita pula! Sejak kecil Mintarsih sudah merasakan pahit getirnya kehidupan. Tapi kita harus mengatasi kesulitan ini,Bu! Harus! Ini kewajibanku sebagai abangnya, aku harus lebih keras lagi berusaha!”
·         Kejam.
Bukti : 1. “Sejak kapan kami memiliki seorang Ayah? Kami tidak punya seorang Ayah!”
2. “Aku telah membunuh Ayahku sendiri! Ayahku pulang!”
·         Pemarah.
Bukti : “Jangan kau membela dia! Ingat, siapa yang membesarkan kau! Kau lupa! Akulah yang membiayaimu selama ini dari penghasilanku sebagai kuli dan kacung suruhan! Ayahmu yang sebenar-benarnya adalah aku!”
d.      Maemun :
·         Penurut.
Bukti : Raden Saleh (Ayah) : “Maemun maukah kau mengambil segelas air minum untuk Ayahmu?”
            Maemun : “Iya Ayah.”
·         Anak yang mencintai keluarganya.
Bukti : 1.“Tapi lihat bang lihat kasihan Ayah yang sudah tua.”
            2.“…bang Narto kita adalah darah dagingnya bagaimanapun buruk baiknya dia kita tetap anaknya bang yang harus merawatnya.”
·         Pemaaf.
Bukti : .“…bang Narto kita adalah darah dagingnya bagaimanapun buruk baiknya dia kita tetap anaknya bang yang harus merawatnya.”
e.       Mintarsih :
·         Penurut.
Bukti : Tina (Ibu) : “…Mintarsih dia itu membantuku menjahit.”
·         Pemaaf.
Bukti : “…dia Ayah kita bang Ayah kita sendiri!”
3)            Latar/Setting:
a.       Tempat     : Rumah (Ruang tamu).
Bukti        : Tina (Ibu) : “Mari duduk dan temuilah mereka.”
b.      Waktu      : Malam takbiran.
Bukti        : Tina (Ibu) : “Pada malam hari raya dia meninggalkanku…”
c.       Suasana    : Menegangkan dan sedih.
4)            Amanat:
a.       Janganlah terlalu lama menyimpan rasa benci pada seseorang.
b.      Jangan hanya mengingat keburukan yang sudah orang lain lakukan pada kita.
c.       Hormati kedua orang tuamu!
d.      Harta yang melimpah tidak akan membuat hidupmu selalu bahagia.
e.       Kepala rumah tangga harus memimpin keluarganya menjadi keluarga yang utuh dan selalu bahagia.
5)            Alur: Maju
Tahapan Alur:
a.       Eksposisi (Tahap permulaan) : Pada malam takbir Ibu Tina sedang duduk di ruang tamu. Di luar terdengar suara takbir yang mengiringi malam itu. Ibu Tina terlihat sedih dan sedang memikirkan Raden Saleh.
b.      Konflik (Tahap pertikaian) : Gunarto marah pada Ibunya. Gunarto tidak suka jika Ibunya masih memikirkan Raden Saleh. Ibu Tina tetap memberi penjelasan kepada Gunarto agar tidak membenci Ayahnya.
c.       Klimaks (Tahap puncak masalah) : Gunarto tetap saja tidak bisa menerima lagi Ayahnya. Tiba-tiba ada seseorang mengetuk pintu rumahnya. Datanglah Raden Saleh. Ibu Tina terkejut melihat Raden Saleh sementara itu Maemun dan Mintarsih terlihat gembira saat Ayahnya kembali ke rumah. Tetapi tak sedikitpun terlihat perasaan bahagia di wajah Gunarto. Gunarto malah kesal dan makin benci melihat Ayahnya. Maemun berusaha menjaga perasaan Ayahnya dengan cara memberi penjelasan kepada Gunarto tetapi Gunarto tetap saja keras kepala.
d.      Antiklimaks (Tahap Penyelesaian) : Raden Saleh mengalah untuk pergi dari tempat itu. Terjadilah perdebatan antara Gunarto dan Maemun. Ibunya dan Mintarsih hanya bisa menangisi keadaan. Maemun mencoba mengejar Ayahnya tetapi selalu terhalang oleh omongan Gunarto. Maemun pun tak memperdulikan Gunarto. Maemun tetap mencoba mengejar Ayahnya. Tak lama dari situ Maemun kembali ke rumah dengan menangis. Ibunya dan Mintarsih bertanya-tanya. Maemun pun menjelaskan bahwa hanya baju inilah yang bisa ia temukan. Ayahnya telah pergi bunuh diri dengan terjun ke sungai.

e.       Cerita selesai (Tahap akhir) : Gunarto sedih mendengar semua penjelasan Maemun. Maemun dan MIntarsih menyalahkan Gunarto. Akhirnya Gunarto pun menyesal dengan apa yang dia lakukan kepada Ayahnya.

PERKEMBANGAN ISLAM DI BIDANG FISIKA

KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Karena berkat rahmat taufik dan hidayah-Nya lah, makalah  ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Pendidikan Agama Islam pada semester 2 di tahun ajaran 2015-2016. Dengan membuat makalah ini penulis mengharapkan agar mampu untuk lebih mengenal tentang “Modernisasi Islam di Bidang Fisika”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis memohon kritik dan saran yang membangun agar penulis dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan yang tidak sengaja dibuat dalam makalah ini dan menjadikannya sebagai pelajaran untuk membuat makalah yang lebih baik di masa yang akan datang.
Harapan penulis semoga makalah yang sederhana ini dapat memberikan dampak positif kepada pembaca dan kami mengharapkan adanya kritikan serta respon yang positif, guna penulisan yang lebih baik lagi di masa mendatang.

                                                                                                            Tanjungsari, Mei 2016


                                                                                                                        Penulis


BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang

Islam sebagai sebuah agama dan apa yang menjadi perannya saat ini, sudah tentu memiliki kaitan yang erat dengan masa lampaunya yang panjang. Dalam sejarahnya islam memiliki peradaban yang maju dan makmur bahkan sempat menjadi kiblat peradaban dunia. Peradaban islam pernah mengalami puncak kejayannya pada masa Daulah Abbasiyah, hampir semua aspek kehidupan mengalami kemajuan yng sangat luar biasa. Saat itu perkembangan ilmu pengetahuan yang menjadi poros bagi kemajuan yang lain mengalami kemajuan yang luar biasa dengan terbentuknya madzhab-madzhab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai hasil dari kebebasan berfikir.
Walaupun modernasasi Islam terletak dalam bidang agama, tetapi Islam tidak pernah melarang umatnya menjadi modern dalam arti ahli dibidang sains, justru umat Islam diharuskan ahli dalam bidang tersebut agar tidak tertinggal dari Barat. Karena, pengetahuan atau sains yang dikembangkan Barat banyak diadopsi dari para pemikir Islam.
Peradaban modern yang hadir sekarang ini harus dipahami sebagai perubahan zaman yang tidak bisa terelakkan dari kehidupan manusia. Akan tetapi, manusia tidak harus larut dalam peradaban seperti ini. Justru manusia harus mampu meramu peradaban modern dengan nuansa religiusitas, sehingga peradaban ini tidak selalu diartikan dengan hedonisme, materialisme dan tidak menjadikan kehidupan masyarakat barat untuk menjadi rujukan.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa modernisasi adalah sebuah proses yang membawa pengembangan ekonomi dan penciptaan kesempatan bagi masyarakat untuk menikmati kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, perpaduan antara modernisasi dan Islam adalah keniscayaan



BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Biografi Tokoh
            “Tahukah kamu bahwa jauh sebelum Isaac Newton menemukan teori Gravitasi, ada seorang ilmuwan muslim yang sudah memikirkan tentang teori itu loh. Dia merupakan ilmuwan muslim yang hidup pada abad ke-12 M. Para sejarawan sains memberinya gelar sebagai ‘Fisikawan terbesar sepanjang sejarah”



Ilmuwan muslim yang telah memberi kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan sains modern ini bernama Al Khazini nama lengkapnya adalah Abdurrahman Al-Khazini. Al-Khazini lahir di Bizantium atau yang sekarang kita kenal dengan Yunani sang ilmuwan hidup di abad ke-12 M. Al Khazini merupakan ilmuwan Muslim serba bisa yang menguasai astronomi, fisika, biologi, kimia, matematika serta filsafat. Pada mulanya  Al-Khazini adalah seorang budak pada Dinasti Seljuk Turki. Al-Khazini kemudian di bawa ke Merv, sebuah kota metropolitan di Persia yang kini dikenal Turkmenistan. Walaupun ia seorang budak tapi tuannya yang bernama al-Khazin sangat baik, ia diberi pendidikan, diajarkan matematika dan filsafat. Tak cuma itu, al-Khazini juga dikirim untuk belajar pada seorang ilmuwan dan penyair agung dari Persia bernama Omar Khayyam untuk  mempelajari sastra, metematika, astronomi dan filsafat. Menurut Boris Rosenfeld (1994) dalam bukunya“Abu Al-Fath Abd Al-Rahman Al-Khazini”,saat itu Omar Khayyam juga menetap di kota Merv, berada di bawah perlindungan Sultan Ahmed Sanjar, penguasa Dinasti Seljuk. Sayangnya,kisah dan perjalanan hidup Al-Khazini tak banyak terekam dalam buku – buku sejarah.
Zaimeche PhD (2005) dalam bukunya berjudul Merv menuturkan bahwa Al-Khazini adala seorang ilmuwan yang bersahaja. Meski kepandaiannya sangat dikagumi dan berpengaruh, beliau tak silau dengan kekayaan. Menurut Zaimeche, Al-Khazini sempat menolak dan mengembalikan hadiah sebesar 1.000 keping emas (dinar) dari seorang istri Emir Seljuk. Beliau hanya merasa cukup dengan uang tiga dinar dalam setahun . Para sejarawan sains menempatkan ilmuwan itu dalam posisi yang sangat terhormat. Betapa tidak, ilmuwan muslim yang berjaya di abad kedua belas itu telah memberi kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan sains modern, terutama dalam ilmu fisika dan astronomi. Salah satu kontribusi penting yang diwariskan al-Khazini dalam bidang astronomi adalah Tabel Sinjaric. Tabel itu dituliskannya dalam sebuah risalah astronomi bertajuk az-Zij as-Sanjari. Dalam manuskrip itu, dia menjelaskan jam air yang dibagi menjadi 24 jam dan didesain untuk penelitian astronomi. Jam ini adalah salah satu jam astronomi pertama yang dikenal di dunia Islam kala itu.
2.2       Pemikiran Al-Khazini
            “Fisikawan terbesar sepanjang sejarah”, begitulah Charles C Jilispe , editor Dictionary of Scientyfic Bibliography menjuluki saintis muslim, AL-Khazini. Ntium alias Yunani itu dalam posisi yang sangat terhormat. Betapa tidak, ilmuwan Muslim yang berjaya di abad ke-12 M – tepatnya 1115-1130 M yang telah memberi kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan sains modern, terutama dalam fisika dan astronomi. Al-Khazini merupakan saintis Muslim serba bisa yang menguasai astronomi, fisika, biologi, kimia, matematika serta filsafat.
Para sejarawan sains mengungkapkan, pemikiran-pemikiran al-Khazini sangat dipengaruhi oleh sejumlah ilmuwan besar seperti Aristoteles, Archimedes, Al-Quhi, Ibnu Haitham atau Alhacen, al-Biruni serta Omar Khayyam. Selain itu, pemikiran al-Khazini juga sangat berpengaruh bagi pengembangan sains di dunia Barat dan Islam. Salah satu ilmuwan Barat yang banyak terpengaruh al-Khazini adalah Gregory Choniades – astronom Yunani yang meninggal pada abad ke-13 M.
Sederet buah pikir yang dicetuskannya tetap abadi sepanjang zaman. al-Khazini merupakan ilmuwan yang mencetuskan beragam teori penting dalam sains seperti: metode ilmiah eksperimental dalam mekanik; energi potensial gravitasi; perbedaan daya, masa dan berat; serta jarak gravitasi.

“Teori keseimbangan hidrostatis yang dicetuskannya telah mendorong penciptaan peralatan ilmiah. al-Khazini adalah salah seorang saintis terbesar sepanjang masa,” ungkap Robert E Hall (1973) dalam tulisannya berjudul ”al-Khazini” yang dimuat dalam A Dictionary of Scientific Biography Volume VII.
Selain itu, al-Khazini juga menjelaskan tentang posisi 46 bintang. Risalahnya yang berjudul Al-Khazini’s Zij as-Sanjari itu kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Yunani oleh Gregory Choniades pada abad ke-13 M. Risalah astronomi yang ditulis al-Khazini pun menjadi rujukan para ilmuwan dan pelajar di Kekaisaran Bizantium.
Kontribusi penting lainnya yang diwariskan al-Khazini dalam bidang fisika adalah kitab Mizan al-Hikmah atau Balance of Wisdom. Buku yang ditulisnya pada 1121 M itu mengungkapkan bagian penting fisika Islam. Dalam buku itu, al-Khazini menjelaskan sacara detail pemikiran dan teori yang diciptakannya tentang keseimbangan hidrostatika, konstruksi dan kegunaan, serta teori statika atau ilmu keseimbangan dan hidrostatika.
Ini merupakan sebuah karya mendasar tentang keseimbangan hidrostatik yang corak ragamnya diklasifikasikan menurut jumlah angka skala. Sebuah edisi buku ini terbit di Hyderabad pada tahun 1359 H/1940 M. Buku itu terdiri dari delapan buah makalah yang terbagi dalam beberapa bab dan pasal dan juga memuat teorema-teorema yang diperoleh dari karya-karya Euclides, Archimedes dan Menelaus. Buku ini merupakan kelanjutan dari karya 
Tsabit bin Qurrah yang berjudul Mizan ar-Rumi atau Timbangan Romawi.
Selain menjelaskan pemikirannya tentang teori-terori itu, al-Khazani juga menguraikan perkembangan ilmu itu dari para pendahulu serta ilmuwan yang sezaman dengannya. Dalam bukunya itu, al-Khazini juga menjelaskan beberapa peralatan yang diciptakan ilmuwan pendahulunya seperti araeometer buatan Pappus serta pycnometer flask yang diciptakan al-Biruni.
Buku itu dinilai Nasr sebagai sebuah karya ilmiah Muslim yang paling esensial tentang mekanika dan hidrostatika, dan terutama studi mengenai pusat gravitasi. Dalam buku itu pula, al-Khazini mengupas prinsip keseimbangan hidrostatis dengan tingkat ketelitian obyek sampai ukuran mikrogram (10-6 gr), suatu level ketelitian yang menurut K Ajram dalam The Miracle of Islamic Science hanya tercapai pada abad ke 20 M.

Penemu Tekanan Udara

Al-Khazini mewarisi riset-riset al-Biruni dalam mekanika dan hidrostatika, dan mengembangkannya dengan beberapa penemuan yang cukup berarti. Menurut Nasr (1968), al-Khazini menggabungkan studi hidrostatik dengan mekanika, dan memusatkannya terutama pada konsepsi pusat gravitasi seperti diterapkan pada neraca. Ia juga melakukan penetuan berat jenis berbagai benda padat dan cair dengan instrumen dan metode yang digunakan al-Biruni.
Menurut penyelidikan Komisi Nasional Mesir untuk UNESCO (Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Kebudayaan, 1986), al-Khazini juga menentukan kepadatan banyak unsur dan senyawa dengan ketepatan yang tinggi. Berkat prestasi ini, al-Khazini sebagai fisikawan mendapat julukan “among the greatest of anytime” (salah seorang fisikawan terbesar sepanjang sejarah) dari Charles C. Jillispe, editor Dictionary of Scientyfic Bibliography (1970).
Tesis al-Biruni bahwa seluruh benda memiliki berat dikembangkan lebih lanjut oleh al-Khazini. Ia menunjukkan bahwa udara mempunyai berat, dan juga mempunyai gaya dorong ke atas, sama halnya dengan zat cair. Dalam hal ini, al-Khazini telah mendahului Torricelli, Pascal, dan Boyle dalam riset dan penemuan bahwa udara mempunyai tekanan ke segala arah karena memiliki berat; fakta inilah yang kemudian disebut sebagai tekanan udara (tekanan udara normal = 1 atm).
Implikasi dari penemuan itu, menurut al-Khazini, berat suatu benda di udara kurang dari beratnya yang sesungguhnya, dan bahwa berkurangnya berat sesuatu benda tergantung pada kepadatan udara. Sintesisi yang dilakukan al-Khazini terhdap hidrostatika dengan mekanika melahirkan temuan baru mengenai konsep berat. Menurut Natsir Arsyad (Ilmuwan Muslim Sepanjang Sejarah, 1989), konsep yang diajukan al-Khazini telah berhasil mengatasi kesukaran-kesukaran yang terdapat dalam konsep Archimedes. Menurut definisi yang dikemukakan al-Khazini, berat adalah gaya inheren dalam tubuh benda-benda padat yang menyebabkan mereka bergerak, dengan sendirinya, dalam suatu garis lurus terhadap pusat bumi dan terhadap pusat benda itu sendiri. Gaya ini pada gilirannya akan tergantung dari kerapatan benda yang bersangkutan. Al-Khazini juga mempunyai gagasan mengenai pengaruh temperatur terhadap kerapatan. Dan dalam karya utamanya itu, ia menyusun tabel-tabel kerapatan sejumlah besar zat cair dan zat padat, dan termasuk tabel-tabel berat spesifiknya.
Jadi, menurut Arsyad (1989), sebelum Roger Bacon menemukan dan membuktikan suatu hipotesis tentang kerapatan air saat ia berada dekat pusat bumi, al-Khazini telah terlebih dahulu melakukan observasi mengenai kapilaritas (pipa-pipa kapiler) dan menggunakan aerometer untuk kerapatan dan yang berkenaan dengan temperatur zat-zat cair. Al-Khazini juga telah mendahului dalam merumuskan teori tentang tuas (pengungkit) serta penggunaan neraca untuk bangunan-bangunan dan untuk pengukuran waktu.

Pencetus Teori Gravitasi
Lebih hebatnya lagi, al-Khazini dan ilmuwan muslim lainnya juga merupakan orang-orang yang pertama kali mengeneralisasikan teori pusat gravitasi dan mereka adalah yang pertama kali menerapkannya ke dalam benda tiga dimensi. Dalam bukunya itu, al-Khazini juga memaparkan suatu teori tentang gravitasi serta tabel-tabel kerapatan sejumlah besar zat cair dan zat padat. Al-Khazini juga mempunyai gagasan mengenai pengaruh temperatur terhadap kerapatan, dan tabel-tabel berat spesifik umumnya tersusun dengan cermat. Sebelum Roger Bacon menemukan dan membuktikan suatu hipotesis tentang kerapatan air saat ia berada dekat pusat bumi, al-Khazini telah terlebih dahulu mendalami hal tersebut.
Pendekatan non-Archimedes dalam studi hidrostatika yang dilakukan oleh al-Khazini tejadi melalui penekanan pada studi dinamika dan pusat gravitasi. Ia menekuni secara mendalam mengenai gravtasi yang sebelumnya telah diajukan oleh al-Biruni. Namun, ia telah mengembangkan konsep itu sedemikian rupa sehingga ia menemukan bahwa kuat gravitasi berubah sesuai dengan jarak antara benda yang jatuh dengan benda yang menariknya. Dengan penemuan ini berarti al-Khazini telah melihat variabel baru yang terlibat dalam kekuatan gravitasi, yaitu jarak antara dua benda.
Menurut Prof. Nazif sebagaimana yang dikutif oleh Komisi Nasional Mesir untuk UNESCO (1986), penulis Mizan al-Hikmah itu pastilah mengetahui kaitan yang sebenarnya antara kecepatan (velocity) benda yang jatuh ke permukaan bumi, jarak yang ditempuhnya dan waktu yang diperlukannya. Dengan demikian, praktis variabel yang terkait dengan peristiwa gerak jatuh suatu benda telah ditemukan oleh al-Khazini. Belum diketahui apakah ia telah memformulasikan hubungan antara variabel tersebut dalam sebuah persamaan matematika.
Tidak cukup sampai di sini, al-Khazini juga berhasil menciptakan sejumlah peralatan penting untuk digunakan dalam penelitian dan pengembangan astronomi. Ia berhasil menemukan sekitar tujuh peralatan ilmiah yang terbilang sangat penting. Ketujuh peralatan temuannya itu dituliskannya dalam Risala fi’l-alat atau Manuskrip tentang Peralatan. Ketujuh alat yang diciptakannya itu adalah triquetrum, dioptra, peralatan segi tiga, kwadran, sektan, astrolab serta sebuah peralatan asli tentang refleksi. Selain berjasa mengembangkan ilmu fisika dan astonomi, al-Khazini juga turut membesarkan ilmu kimia dan biologi. Secara khusus, dia menulis tentang topik evolusi dalam ilmu kimia dan biologi. Dia membandingkan antara transmutasi unsur dengan transmutasi spesies.
Salah satu jasa terpenting yang diwariskan al-Khazini dalam bidang astronomi adalah sebuah buku berjudul az-Zij as-Sanjari. Dalam buku itu menjelaskan pembuatan dan penggunaan jam air yang didesain untuk kepentingan astronomi. Inilah salah satu jam astronomi pertama yang dikenal di dunia Islam. Al-Khazini juga telah mencetuskan teori ilmu gravitasi yang kemudian berkembang di Eropa. Al-Khazini juga melakukan berbagai penelitian tentang benda-benda terapung dan massa benda, baik padat, cair, maupun yang bervariasi. Di kemudian hari, penelitian al-Khazini itu ternyata sangat mendukung sejumlah teori dalam ilmu pengetahuan modern. Penemuan al-Khazini lainnya adalah alat pengukur berat benda di udara dan air. Konon, al-Khazini membuat lima model alat semacam ini. Salah satunya berbentuk neraca yang dilengkapi alat barometer untuk mengukur tingkat kepadatan. Ketika kepadatan udara dihubungkan dengan suhu panas maka pengukuran yang dilakukan juga terkait dengan suhu panas. Pemikiran ini kemudian mengilhami Galileo untuk membuat termometer.
Atas jasa-jasanya, al-Khazini dianggap sebagai penemu tekanan dan ukuran suhu panas, sebelum kemudian dikembangkan oleh Torriceli dan Galileo. Al-Khazin juga melakukan penelitian tentang gravitasi. Ia menguraikan banyak hal tentang kekuatan gravitasi dalam bukunya yang berjudul Mizanul Hikmah. Selain membahas gravitasi, Mizanul Hikmah juga membahas materi hidrostatika. Beberapa pasal dari buku ini telah diterjemahkan dan diterbitkan di Amerika Serikat. Al-Khazini juga melakukan penelitian untuk menentukan pusat massa benda dan menjelaskan cara pemakaian sejumlah alat sederhana, seperti timbangan. Sehubungan dengan itu, ia juga dikatakan sebagai seorang penemu berbagai macam timbangan.

Al-Khazini dianggap sebagai ilmuwan yang telah memberikan sumbangan besar bagi pembuatan barometer dan termometer, yang dikerjakan oleh para ilmuwan Barat. Selain itu, di kalangan ilmuwan Arab, al-Khazini juga dikenal sebagai ilmuwan yang telah membuat alat ukur hidrostatika. Selain menemukan alat ukur dan membuat teori baru, al-Khazini juga menemukan sebuah rumus untuk mengetahui permukaan sebuah segitiga sebagai fungsi sisinya. Dengan menggunakan bagian-bagian kerucut, ia berhasil memecahkan bentuk persamaan x3 + a2b = cx2 atau persamaan Mahani. Bentuk persamaan ini merupakan sebuah soal yang diajukan oleh Archimedes dalam bukunya The Sphere and The Cylinder.

Selain menulis buku ilmu ukur, al-Khazini juga menulis buku penanggalan. Al-Madkahl al-Kabir ila ‘ilm an-Nujumadalah sebuah karya al-Khazini yang membahas hari pertama pada bulan Muharam. Pada karyanya yang lain, al-Khazini mencoba menjelaskan makna tanggal Jewish Passover pada tahun penyaliban Yesus dengan memberikan bukti-bukti yang akurat. Pada tanggal ini, orang-orang Yahudi melakukan suatu festival keagamaan untuk memperingati pembebasan kaum mereka dari belenggu perbudakan di Mesir.

Al-Khazini meninggal dunia pada abad ke-12 M. Meski begitu, pemikiran-pemikirannya telah menjadi warisan yang tak ternilai harganya bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Al-Khazini adalah seorang ilmuwan yang sederhana dan rendah hati. Meski kepandaiannya sangat dikagumi dan berpengaruh di masyarakat, beliau tak gila dengan harta dan kekayaan.

2.3       Sumber-Sumber :